Waspadai Virus Marburg yang Mematikan, Kenali Gejalanya
Dan pasien pada tahap ini digambarkan memiliki ciri-ciri yang "seperti hantu", mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan lesu parah
Ilustrasi virus Marburg (Foto: net)
Wowsiap.com - Kasus pertama virus Marburg dilaporkan di Ghana, setelah itu Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan wabah pertama penyakit virus mirip Ebola di Ghana. WHO menyatakan bahwa virus, demam berdarah menular dalam keluarga yang sama dengan Ebola, virus ini disebarkan oleh kelelawar buah dan ditularkan ke orang melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dari permukaan.
Baca juga berita terkini WHO di wowsiap.com
Menurut WHO, beberapa gejala awal termasuk demam tinggi, sakit kepala hebat, dan malaise parah. Aspek yang umum adalah nyeri dan nyeri pada otot. Pada hari ketiga, diare berair yang parah, kram dan nyeri di perut, mual, dan muntah kemungkinan besar terjadi.
Diare bisa berlangsung selama seminggu. Dan pasien pada tahap ini digambarkan memiliki ciri-ciri yang "seperti hantu", mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan lesu parah. Selain itu, muncul pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina sering menyertai darah segar pada muntahan dan feses. Ini menandakan pasien telah mengalami demam tinggi terus-menerus selama tahap akut penyakit.
Analisis awal sampel dari dua pasien dari wilayah Ashanti selatan Ghana "keduanya meninggal dan tidak terkait" ternyata positif, tetapi diteruskan untuk konfirmasi penuh ke Institut Pasteur di Dakar, Senegal. Laboratorium badan kesehatan PBB itu menguatkan hasil dari Noguchi Memorial Institute for Medical Research di Ghana, kata WHO dalam sebuah pernyataan, Minggu.
Baca juga berita terkini Covid -19 di wowsiap.com
Kasus pertama adalah seorang pria berusia 26 tahun yang masuk rumah sakit pada 26 Juni dan meninggal pada 27 Juni.
Yang kedua adalah seorang pria berusia 51 tahun yang pergi ke rumah sakit pada 28 Juni dan meninggal pada hari yang sama, kata WHO, seraya menambahkan bahwa kedua pria itu mencari perawatan di rumah sakit yang sama.
"Otoritas kesehatan telah merespons dengan cepat, bersiap untuk kemungkinan wabah," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Dr. Matshidiso Moeti, dikutip dari dna, Selasa (19/7/2022).
EDITOR : Sulaeman
Comments
Post a Comment